KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini dengan tepat pada waktunya yang berjudul “ SENYAWA ALKOHOL ”
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Struktur dan penamaan senyawa Alkohol, Sifat-sifat fisika Alkohol, Pembuatan Alkohol, dan Reaksi-reaksi senyawa Alkohol. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Senyawa Alkohol
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.
Jambi, Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
·
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 3
·
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 4
·
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 5
·
2.1 Pengertian Alkohol.............................................................................................. 5
·
2.2 Struktur dan Penamaan Alkohol.......................................................................... 5
a.
Struktur Alkohol.................................................................................................. 5
b.
Penamaan Alkohol............................................................................................... 5
·
2.3 Sifat Fisika Alkohol............................................................................................. 8
·
2.4 Pembuatan Alkohol............................................................................................. 9
·
2,5 Reaksi pada Alkohol............................................................................................ 15
BAB III PENUTUP
·
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 17
·
3.2 Saran.................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Alkohol merupakan suatu senyawa
organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Sifat
lain dari alkohol dapat ditentukan dari letak gugus hidroksil pada atom C yang
dikenal sebagai; alkohol primer dimana gugus hidroksida terikat oleh atom
karbon primer; alkohol sekunder dimana gugus hidroksida terikat oleh atom sekunder;
alkohol tertier dimana gugus hidroksida terikat oleh atom karbon tersier.
Sedangkan fenol mempunyai rumus struktur yang seripa dengan alkohol tetapi
gugus fungsinya melekat langsung pada cincin aromatik, dan dengan
Ar-(sebagai aril) maka rumus umum fenol dituliskan sebagai Ar-OH. Fenol lebih
asam dari alkohol karena anion yang dihasilkan dan distabilkan oleh resonansi,
dengan muatan negatifnya disebar (delokalissai) oleh cincin aromatik.
Istilah alkohol dalam kehidupan
sehari-hari sering dikaitkan dengan minuman keras. Bahan aktif dalam minuman
keras atau minuman beralkohol adalah etanol atau etil alkohol. Berbeda dengan
alcohol adalah etanol atau etil alcohol. Berbeda dengan alkohol yang sudah
tidak asing lagi bagi orang awam, fenol justru sangat jarang disebut di
kalangan masyarakat. Padahal, fenol juga termasuk golongan alkohol dan biasa
disebut alkohol aromatic. Sedangkan, alkohol yang dimaksud oleh kebanyakan
orang merupakan alkohol alifatik.
Untuk itu,
dalam percobaan ini, dilakukan beberapa reaksi untuk membedakan alcohol
alifatik (alcohol) dengan alcohol aromatic (fenol). Setelah itu, akan diperoleh
sifat fisika dan kimia dari masing-masing senyawa berdasarkan reaksinya
terhadap suatu pereaksi. Selain itu, dengan mengetahui sifat fisika dan kimia
dari kedua senyawa tersebut, diharapkan kita dapat lebih berhati-hati terhadap
penggunaannya.
I.2 Rumusan Masalah ?
1.
Apa pengertian alkohol?
2. Struktur
dan penamaan alkohol ?
3.
Bagaimana sifat fisika pada alkohol ?
4. Bagaimana
cara pembuatan alkohol ?
5.
Apa saja reaksi-reaksi pada alkohol ?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian alkohol.
2. Mengetahui struktur dan penamaan
alkohol.
3. Mengetahui sifat fisika pada alkohol.
4. Mengetahui cara pembuatan alkohol.
5. Mengetahui reaksi-reaksi pada alkohol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Alkohol
Umumnya kata
alkohol diartikan etanol atau dikenal dengan spirit of wine. Etanol
terbentuk dari fermentasi gula dan memiliki karakteristik tak berwarna, dan
mudah menguap. Dan zaman dahulu, etanol digunakan sebagai depresan dan
menyebabkan adiksi. Menurut ilmu kimia, alkohol adalah kumpulan senyawa organik
yang memiliki gugus hidroksil (OH-) yang terikat atom karbon dari alkil atau
gugus alkil yang
terikat pada atom hidrogen dan/atau
atom karbon lain. contoh
: metanol, etanol, propanol, butanol, isopropil akohool, dsb.
a. Metanol
merupakan suku pertama golongan alkohol dan biasanya dibuat dengan mereaksikan
karbon monoksida dan hidrogen pada temperatur tinggi.
b. Propanol dan
butanol dibuat dengan cara fermentasi selulosa oleh bakteri Clostridium
acetobutilicum. Kata alkohol berasal dari bahasa arab dari kata alkuhul
yang asalnya merupakan nama bubuk antimon sulfida yang digunakan sebagai
antiseptik. Bubuk ini dibuat dengan sublimasi batuan stibnit dalam ruang
tertutup. Selain itu ada yang menyatakan alkohol berasal dari kata al-gawl yang
berarti setan. Alkohol digunakan sebagai bahan bakar mesin. Produk pembakaran
etanol dan metanol lebih bersih dari bensin atau solar. Alkohol digunakan sebagai
zat antibeku pada radiator mobil. Alkohol juga digunakan sebagai reagen atau
pelarut karena dapat melarutkan zat-zat nonpolar dan toksisitasnya rendah.
Etanol sering digunakan sebagai pelarut obat-obatan, parfum, dan essen. Etanol
sering digunakan sebagai antiseptik. Alkohol juga digunakan sebagai pengawet
spesimen.
2.2 Struktur
dan Penamaan Alkohol
2.2.1 Struktur
Alkohol
Struktur
Alkohol adalah senyawa karbon yang mengandung atom oksigen berikatan tunggal.
Kedudukan atom oksigen di dalam alkohol dan eter
serupa dengan kedudukan atom oksigen dalam molekul air. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa struktur alkohol sama dengan struktur air. Satu atom H pada air
merupakan residu hidrokarbon (gugus alkil) pada alkohol
Struktur Alkohol
(R-OH). Berdasarkan posisi atom karbon yang mengikat gugus hidroksil dalam
senyawa alkohol maka alkohol dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu
sebagai berikut.
1. Alkohol primer (1°)
adalah suatu alkohol dengan gugus hidroksil (–OH) terikat pada atom karbon
primer. Atom karbon primer adalah atom karbon yang mengikat satu atom karbon
lain.
2. Alkohol sekunder (2°)
adalah alkohol dengan gugus hidroksil (–OH) terikat pada atom karbon sekunder.
Atom karbon sekunder adalah atom karbon yang mengikat dua atom karbon lain.
3. Alkohol tersier (3°)
adalah alkohol dengan gugus hidroksil (–OH) terikat pada atom karbon tersier.
Atom karbon tersier adalah atom karbon yang mengikat tiga atom karbon lain.
2.2.2 Tata
Penamaan Alkohol
a. IUPAC
1) Pemberian nama alkohol dilakukan
dengan mengganti akhiran –a pada nama alkana dengan –ol.
2) Tentukan rantai utama (rantai
dengan jumlah atom karbon paling panjang.
3) Tentukan substituen yang terikat
rantai utama.
4) Penomoran substituen dimulai dari
ujung yang terdapat gugus hidroksi (-OH) dengan nomor atom C paling rendah.
5) Jika terdapat 2/lebih substituen
berbeda, dalam penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama
nama substituen.
6) Awalan di-, tri-, sek-, ters-,
tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang
tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan neo-)
diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
b. Trivial (Nama Umum)
1) Tentukan gugus alkil yang
mengikat gugus hidroksil.
\
2) Tambahkan akhiran “alkohol”
setelah nama substituen.
2.3 Sifat Fisika
Alkohol
Alkohol
umumnya berwujud cair dan memiliki sifat mudah menguap (volatil) tergantung
pada panjang rantai karbon utamanya (semakin pendek rantai C, semakin volatil).
Kelarutan alkohol dalam air semakin rendah seiring bertambah panjangnya rantai
hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena alkohol memiliki gugus OH yang bersifat
polar dan gugus alkil (R) yang bersifat nonpolar, sehingga makin panjang gugus
alkil makin berkurang kepolarannya.
1. Titik Didih Alkohol
Alkohol merupakan
cairan jernih tidak berwarna dan berbau khas. Alkohol suku tinggi (jumlah atom
C banyak) dan alkohol polivalen (alkohol yang memiliki banyak gugus hidroksil
(-OH) dalam senyawanya) merupakan cairan kental dengan titik didih relatif tinggi.
Kebanyakan
alkohol dengan jumlah atom karbon sampai dengan 11 atau 12 berwujud cair pada
suhu kamar. Metanol dan etanol berupa cairan yang mudah menguap. Jenis – jenis
alkohol yang lebih tinggi (butanol – dekanol) berwujud cairan kental dan
beberapa isomer yang bercabang berwujud padat pada suhu kamar.
2. Kelarutan
Air
dan alkohol mengandung gugus –OH sehingga keduanya dapat membentuk ikatan
hidrogen. Alkohol dapat larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan
air. Selain itu, antarmolekul alkohol sendiri juga membentuk ikatan hidrogen.
Karena sifat alkohol adalah polar, maka alkohol menjadi pelarut yang
lebih baik untuk molekul – molekul polar daripada hidrokarbon. Senyawa –
senyawa seperti natrium klorida juga larut dalam alkohol.
Gugus
alkil (nonpolar) pada alkohol bersifat hidrofobik (takut air). Makin panjang
gugus alkilmakin rendah kelarutannya sehingga alkohol kurang larut dalam air.
Oleh karena itu, alkohol juga dapat larut madlam pelarut organik nonpolar.
Kelarutan alkohol dalam air berkurang dengan bertambah panjangnya rantai alkil.
Sebagai contoh, kelarutan etanol lebih rendah daripada metanol, kelarutan
1-pentanol lebih rendah daripada 1-butanol.
Sifat
Alkohol yang memiliki rantai pendek mudah larut dalam air pada berbagai
perbandingan. Etanol jika dilarutkan dalam air akan mengalami penyusutan
volume.
2.4 Pembuatan
Alkohol
Skema Pembuatan Alkohol
Bahan yang telah difermentasi sudah mengalami perubahan
menjadi alkohol dan air. Pemisahan alkohol dan air dilakukan dengan pemanasan
pada tangki pemanasan dan pendinginan di ruang destilator. Pada destilator,
pemisahan dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan titik didihnya. Titik didih
air berada pada 100 ̊C dan titik didih alkohol berada pada 80 ̊C. Pemanasan pada tangki pemanasan dilakukan
pada suhu 80 ̊C (termometer dibaca pada
tangki destilator). Alkohol yang masih berupa uap didinginkan pada ruang destilator,
sehingga kembali menjadi cairan. Alkohol yang dihasilkan pada ruang destilator
adalah alkohol dengan kandungan 90-95 %.
Skema di atas berlaku pada bahan yang sudah siap
difermentasi, yaitu bahan yang sudah dalam bentuk gula sederhana, contohnya : Mollases, aren, dan nira. Bahan yang masih
dalam bentuk pati harus diubah dahulu menjadi bentuk gula sederhana. Pengubahan
pati menjadi gula disebut dengan hidrolisis. Hidrolisis menggunakan bantuan
enzym alpha amilase dan beta amilase. Enzym ini telah tersedia dalam bentuk
bubuk/powder atau dalam bentuk cairan.
Proses Pembuatan Alkohol
Secara garis besar, langkah-langkah dalam proses pembuatan
alkohol ada tiga macam, yaitu: proses fermentasi, destilasi, dan dehidrasi.
1. Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu
bentuk respirasi anaerobic. Namun, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal. (kandungan alkohol 7-9 % untuk bahan dari
ubi kayu)
2. Destilasi
Destilasi merupakan proses pembuangan air dari dalam alkohol
yang kadar airnya masih tinggi. Prinsip dasar dari proses destilasi adalah
memisahkan dua buah campuran cairan dengan memanfaatkan perbedaan titik didih
dari kedua zat cair tersebut. Alkohol yang titik didihnya lebih rendah dari air
akan diuapkan dengan jalan memanaskanya. Air akan tinggal dan alkohol akan
menguap. Uap alkohol ini dijadikan cairan lagi dengan cara mendinginkannya.
Dalam proses destilasi ini kadar alcohol yang diperoleh sampai 96 %.
3. Dehidrasi
Dehidrasi merupkan proses untuk membuang air sampai menjadi
99,5%. Alkohol 99,5% ini yang bisa digunakan untuk menjadi bahan bakar energi
alternatif. Proses dehidrasi ini ada tiga macam yaitu proses azeotropic
distillation, molecular sieve dan membran pervoration.
Pembuatan Alkohol dengan Reaksi
1.
Mereaksikan
Alkil Halida (Haloalkana) dengan Basa
Reaksi
antara alkil halida dengan basa akan menghasilkan alkohol dan garam.
RX + KOH → ROH + KX
Cara ini digunakan secara khusus untuk membuat amil alkohol
dalam skala besar, yaitu dengan mereaksikan kloropentana dan KOH. Dari hasil
eksperimen dapat disimpulkan bahwa alkil iodida lebih cepat reaksinya daripada
alkil bromida maupun alkil klorida. Selain itu halida primer menghasilkan hasil
alkohol yang lebih banyak dibandingkan dengan alkil halida sekunder maupun
tersier.
2. Mereduksi
Aldehida dan Keton
Reaksi
aldehida oleh hidrogen menghasilkan alkohol primer.
RCHO + H2 → ROH
Sedangkan
reaksi keton oleh hidrogen menghasilkan alkohol sekunder.
ROR + H2 → ROH
Alkohol tersier tidak dapat dihasilkan melalui
reaksi reduksi.
3. Hidrolisis
Alkil Hidrogensulfat
Pembuatan
alkohol dengan cara hidrolisis alkil hidrogen sulfat banyak digunakan untuk
membuat etanol perdagangan. Senyawa etil hidrogensulfat yang diperlukan dibuat
dari reaksi adisi H2SO4 pada etena. Contoh :
CH3-CH2-SO3H
+ H2O → CH3CH2OH + H2SO4
4. Hidrasi
Alkena
Alkena
jika dikenai reaksi hidrasi dengan adanya asam encer akan menghasilkan alkohol.
Sebagai contoh, hidrasi etilena akan menghasilkan etil alkohol (etanol).
Reaksinya adalah :
CH2=CH2 + H2O
⇌
CH3CH2OH
5. Hidrolisis
Ester
Rumus
ester suatu asam organik adalah RCOOR'. Bila ester tersebut dihidrolisis dapat
menghasilkan alkohol dan asam karboksilat menurut persamaan reaksi :
RCOOR' + H2O ⇌ RCOOH + R'OH
Cara
hidrolisis ini ditempuh saat tidak ada cara lain untuk membuat suatu alkohol
yang diperlukan.
6. Menggunakan
Reagen Grignard
Alkohol
primer, sekunder dan tersier dapat dibuat dengan reagen Grignard. Reagen
Grignard adalah senyawa organometalik dengan rumus umum RMgX.
Langkah
1: CH3-Mg-Cl + HCHO → CH3-CH2-OMgCl
Langkah
2: CH3-CH2-OMgCl +
H2O → CH3-CH2-OH + MgCl(OH)
Pembuatan Alkohol dari Alkena
Etanol
dibuat dalam skala produksi dengan mereaksikan etena dengan uap. Katalis yang
digunakan adalah silikon dioksida padat yang dilapisi dengan asam fosfat (V).
Reaksi yang terjadi dapat balik (reversibel).
Hanya 5 % dari etena yang diubah
menjadi etanol pada setiap kali pemasukan ke dalam reaktor. Dengan mengeluarkan
etanol dari campuran kesetimbangan dan mendaur-ulang etena, maka pengubahan
etena menjadi etanol secara keseluruhan dapat mencapai 95 %.
Beberapa
alkohol lain (meski tidak semua) bisa dibuat dengan reaksi-reaksi yang serupa.
Katalis yang digunakan dan kondisi-kondisi reaksi akan berbeda-beda dari
alkohol yang satu ke alkohol yang lain. Pada pembahasan tingkat dasar ini,
kondisi-kondisi yang perlu diketahui adalah kondisi-kondisi yang diberikan
untuk pembuatan alkohol di atas.
Alasan
mengapa ada sebuah masalah yang ditemukan pada beberapa alkohol dapat
ditunjukkan dalam pembuatan alkohol dari propena, CH3CH=CH2.
Pada dasarnya, ada dua alkohol berbeda yang bisa terbentuk.Hasil yang diperoleh
bisa berupa propan-1-ol atau propan-2-ol tergantung pada bagaimana molekul air
diadisi ke ikatan rangkap. Akan tetapi, pada kenyataannya, hasil yang diperoleh
adalah propan-2-ol.
Jika
sebuah molekul H-X diadisi ke sebuah ikatan rangkap C=C, maka atom H hampir
selalu terikat pada atom karbon yang memiliki paling banyak atom hidrogen
terikat padanya – untuk contoh di atas atom H terikat pada CH2 bukan pada CH.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh kecenderungan ini yakni ada beberapa alkohol
yang tidak mungkin dibuat dengan cara mereaksikan alkena dengan uap karena
adisi akan terjadi dengan arah yang berlawanan dari yang diperkirakan.
Pembuatan Alkohol dengan Fermentasi
Metode
ini hanya berlaku bagi etanol. Alkohol selain etanol tidak bisa dibuat dengan
cara ini. Bahan baku untuk proses ini sangat bervariasi, tapi biasanya adalah
beberapa bentuk material tanaman yang mengandung pati (starch) seperti jagung,
gandum, beras atau kentang.
Pati (Starch) merupakan sebuah
karbohidrat kompleks, dan karbohidrat yang lain juga bisa digunakan – misalnya,
sukrosa (gula) biasanya digunakan untuk membuat alkohol. Dalam skala industri,
sukrosa tidak mungkin bisa digunakan sebagai bahan baku. Penghalusan glukosa
memerlukan waktu yang lama jika hanya untuk digunakan dalam fermentasi. Meski
demikian tidak ada salahnya untuk menjadikan gula tebu asli sebagai bahan baku
dalam proses fermentasi
Tahap
pertama dalam proses fermentasi adalah penguraian karbohidrat kompleks menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana. Sebagai contoh, jika bahan baku yang
digunakanan adalah pati dalam biji-bijian seperti gandum atau beras, maka bahan
baku ini dipanaskan dengan air panas untuk mengekstrak pati dan selanjutnya
dipanaskan dengan malat. Malat adalah beras berkecambah yang mengandung enzim
yang dapat menguraikan pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana, yang
disebut sebagai maltosa, C12H22O11.
Maltosa memiliki rumus molekul yang
sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua unit glukosa yang saling mengikat,
sedangkan sukrosa mengandung satu unit glukosa dan satu unit fruktosa.
Ragi
kemudian dimasukkan dan campuran dibiarkan hangat (sekitar 35°C) selama
beberapa hari sampai fermentasi berlangsung sempurna. Udara tidak dibiarkan
masuk ke dalam campuran untuk mencegah terjadinya oksidasi alkohol yang
dihasilkan menjadi asam etanoat (asam cuka).
Enzim-enzim dalam ragi pertama-tama mengubah
karbohidrat seperti maltosa atau sukrosa menjadi karbohidrat yang lebih
sederhana seperti glukosa dan fruktosa, serta kemudian mengubah karbohidrat
sederhana tersebut menjadi alkohol dan karbon dioksida. Perubahan ini bisa
ditunjukkan sebagai persamaan-persamaan reaksi kimia sederhana, meski aspek
biokimia dari reaksi-reaksi ini jauh lebih rumit.
Ragi dimatikan oleh alkohol dengan
konsentrasi berlebih sekiar 15 %, dan ini membatasi kemurnian alkohol yang bisa
dihasilkan. Alkohol dipisahkan dari campuran dengan metode distilasi fraksional
untuk menghasilkan 96 % alkohol murni. Secara teori, 4% air yang terakhir
tersisa tidak bisa dihilangkan dengan metode distilasi fraksional.
2.5 Reaksi
Alkohol
Alkohol umumnya berwujud cair dan
memiliki sifat mudah menguap (volatil) tergantung pada panjang rantai karbon
utamanya (semakin pendek rantai C, semakin volatil). Kelarutan alkohol dalam
air semakin rendah seiring bertambah panjangnya rantai hidrokarbon. Hal ini
disebabkan karena alkohol memiliki gugus OH yang bersifat polar dan gugus alkil
(R) yang bersifat nonpolar, sehingga makin panjang gugus alkil makin berkurang
kepolarannya. Reaktifitas alkohol diketahui dari berbagai reaksi seperti:
a.
Reaksi Oksidasi, alkohol dapat digunakan untuk membedakan alkohol primer,
sekunder dan tersier. Alkohol primer akan teroksidasi menjadi aldehida dan pada
oksidasi lebih lanjut akan menghasilkan asam karboksilat. Alkohol sekunder akan
teroksidasi menjadi keton. Sedangkan alkohol tersier tidak dapat teroksidasi.
b. Reaksi
Pembakaran, Alkohol
dapat dibakar menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air dan energi yang
besar. Saat ini Indonesia sedang mengembangkan bahan bakar alkohol yang disebut
dengan Gasohol.
c.
Reaksi Esterifikasi, Pembentukan ester dari alkohol dapat dilakukan dengan
mereaksikan alkohol dengan asam karboksilat. Dalam reaksi ini akan dihasilkan
air dan ester. Molekul air dibentuk dari gugus OH yang berasal dari karboksilat
dan hidrogen yang berasal dari gigus alkohol.
d. Reaksi
dengan Asam Sulfat Pekat,
Reaksi alkohol dengan asam sulfat pekat akan menghasilkan produk yang berbeda
tergantung pada temperatur pada saat reaksi berlangsung.
e.
Reaksi dengan Halida (HX, PX3, PX5 atau SOCl2), Reaksi ini merupakan reaksi
substitusi gugus OH dengan gugus halida (X).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
makalah di atas dapat di simpulkan bahwa alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh
rantai atau cincin hidrokarbon. Alkohol terbagi menjadi
beberapa jenis antara lain alkohol primer, alkohol sekunder dan tersier, tata
nama alkohol, senyawa – senyawa alkohol, dan sifat-sifat
alkohol, dan bagaimana pembuatan alkohol.
3.2 Saran
1.
Diharapkan agar mahasiswa tidak menyalahgunakan alkohol untuk kepentingan yang
tidak jelas.
2.
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa lebih mengerti tentang senyawa
alkohol.
DAFTAR
PUSTAKA
http://Sejarah
Alkohol Kisah Alkohol dari 5 Peradaban
Kuno _ Amazine.htm
http://
sejarah-penemuan-alkohol.html/Kimia Dahsyat, Belajar Kimia Mudah Dan
Menyenangkan/oleh Dody Putranto,Jogjakarta
^
Roach, J. (18
Juli 2005)
"9,000-Year-Old
Beer Re-Created From Chinese Recipe." National
Geographic News., diakses 14 November
2005.
^ Couper, A.S. (1858). "On a new chemical theory." Philosophical magazine 16, 104–116. Online reprint
Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol
^ Couper, A.S. (1858). "On a new chemical theory." Philosophical magazine 16, 104–116. Online reprint
Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol
http://wikipedia.org/wiki/Etanol
No comments:
Post a Comment